Selamat Datang di Situs ini...

Terima kasih Sdr/Sdri sudah mengunjungi situs ini. Situs ini kami dedikasikan untuk memberikan informasi kerohanian, KHUSUS bagi anggota GEREJA MASEHI ADVENT HARI KE TUJUH. Silahkan MENDAFTAR dan CARILAH materi-materi kerohanian yang Sdr/Sdri butuhkan di "Daftar Arsip". Kami juga MENGHARAPKAN komentar Sdr/Sdri untuk MENINGKATKAN pelayanan kami. Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati.

Selasa, 18 Juni 2013

Tanggung Jawab Ibu

TUGAS & TANGGUNGJAWAB SEORANG IBU
DALAM MEMBAHAGIAKAN KELUARGANYA

Seperti halnya dengan seorang laki-­laki, "Menjadi perempuan itu ma­salah kelahiran, tetapi menjadi wanita sejati itu adalahmasalah pilih­an." Seorang wanita sejati adalah seorang perempuan yangberfungsi dengan benar dan melaksanakan tanggungjawabnya sesuai kehendak Allah.

JikaAnda adalah seorang perempuan, maka hal ini hanya menunjukkan masalah genderkita, tetapi hal ini belum membuktikan, bahwa kita adalah seorang perempuansejati. Seti­daknya, ada beberapa aspek
tanggung jawab yang harus disadari dandikerjakan oleh setiap perempuan, supaya ia boleh men­jadi seorang wanitasejati dan saleh serta benar-benar menjadi ibu di dalam ke­hidupan rumahtangganya.

Tidak ada satupun di dunia ini yang begitu muliadaripada seorang ibu yang saleh. Memang kemajuan dunia sehingga wanita dalambanyak hal menanggani pekerjaan – pekerjaan yang ditanggani oleh kaum pria.

Koran dan Mas Media mengelu-elukan wanita sebagaiDirector, Hakim, Politkus, Pengusaha, Perdana Menteri, President dan lain-lain,tetapi Alkitab mengambarkan wanita sebagai seorang ibu....... Alkitabmenegaskan bahwa tugas utama wanita menjadi ibu yang saleh.

Roh Nubuat juga mengatakan: Wanita harus menduduki tempat yang dimaksudkanAllah sejak semula, sederajat dengan suaminya. Dunia memerlukan ibu-ibu yangbenar-benar ibu,bukan hanya nama saja melainkan dalam artiyang sebenarnya dariperkatan itu”. EG.White, Rumah TanggaAdvent, p.227

Kalau mau menjadi wanita sejati dan benar-benaribu anda harus berfungsi dengan benar.

Pertama,TANGGUNG JAWAB MEREKA TERHADAP TUHAN.
Allah mau, supaya setiap perempuan hidupdalam takut akan Dia, dan menja­dikan Dia sebagai otoritas dan prioritasutama di dalam setiap aspek kehidupan­nya, termasuk pula di dalam hiduprumah tangganya.

Apabila seseorang perempu­an, entah iasebagai isteri atau ibu, hidup dalam takut akan TUHAN, maka ia tidak beranimelakukan apapun di dalam kehi­dupan rumah tangganya, yang berten­tangan denganfirman Allah. Ia hanya akan melakukan apa yang berkenan kepa­da TUHAN dan sesuai dengankehendak­Nya. Jika situasi ini yangterjadi di dalam kehidupan rumah tangganya, maka pe­rempuan ini sedang membawarumah tangganya ke dalam jalan Tuhan, yang limpah dengan berkat surgawi.

Dan, Allah sungguh menghargai hati dantindakan mereka, yang takut akan Dia, sehingga la membuat setiap usaha merekauntuk melindungi setiap bayi laki-­laki Ibrani, tidak menjadi sia-sia (ay.20),dan telah membuat mereka berdua beru­mah tangga ayat 21.

Para perempuan, khususnya Anda sebagai seorang isteri,ketahuilah, bahwa sesunguhnya kemo­lekan adalah bohong dan kecantikan ada­lahsia-sia, sebab semua itu adalah hal lahiriah yang bersifat fana; tetapi isteriyang takut akan TUHAN dipuji-puji dan beroleh berkat (Amsal 31:30-31).
Di hadapan Allah,kecantikan sejati itu bukan terletak pada manusia lahiriah kita, tetapi padamanusia batiniah yang berhiaskan roh lemah lembut dan tente­ram (1 Petrur3:3-4). Berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layaknya pe­rempuan yangberibadah (1 Timotius 2:9­10); dan pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan(Amsal 31:25).



Kedua, TANGGUNG JAWABMEREKA TERHADAP SUAMI.
Para isteri,jangan menjadi serupa dengan dunia! Allah mau, supaya setiap perempuan (isteri)tunduk kepada suami­nya, bukan menurut keinginan kita, tetapi sebagaimana jemaat tunduk kepada Kris­tus (Efesus 5:24). Kristus adalah tuan dan kita hamba-Nya (Kolose 3:24), seperti itulah gambaran dari ukuran 'penundukan diri' bagi seorang isteri terhadap suami­nya; dan inilah standart normal (wajar),bagi sikap tunduk seorang isteri Kristen terhadap suaminya. Bukan hanya didalam hal-hal tertentu saja, atau yang kita mau saja. tetapi di dalam segala sesuatu.Se­bab, memang begitu seharusnya sikap 'tubuh' terhadap 'kepala'-nya!

Penundukan diri seorang isteri hanya mungkin dilakukan, jika mereka menya­dari akan fakta firman Allah, bahwa sua­minya adalah kepalanya (1 Korintus 11:3), yang kepadanya mereka harus menunduk­an diri mereka, dan memberi diri mereka untuk dipimpin di dalam jalan Tuhan. Dan, jika mereka belajar untuk menghormati suaminya, bukan hanya sebagai pribadi, tetapi juga sebagai 'kepala' (atau otori­tas)yang diletakkan di atas kehidupan mereka, seperti yang telah dinasehatkan Paulus di dalam Efesus 5:33, "... dan isteri hendaklah menghormati suaminya." Si­kap tunduk seorang isteri kepada suami­nya, bukanlah sembarang penundukan di­ri,tetapi hal itu harus dilakukan sebagai­mana seharusnya di dalam Tuhan (Kolose3:1.

Pertama,menundukkan diri dengan dengan bersikap hati yang mengasihi suaminya,bukandengan bersikap hati yang terpaksa.

kedua, penundukan diri itu dilakukan dalam (sesuai) kebenaranbukannya untuk hal-hal yang bertentangan dengan firman Allah.

Paulus, rasul Kristus Yesus, di dalam Titus  2:5 mengajarkan, bahwa seorang istriharuslah mengasihi suaminya, baik hati dan taat kepada dia, agar Firman Allah -jangan dihujat orang (Titus 2:5). Sementara itu, pada bagian yang lain, Le­muel,raja Masa, yang diajarkan ibunya kepadanya, mengatakan: bahwa isteriyang cakap itu, adalah mereka yang setia berbuat baik kepada suaminya dan ti­dak berbuat jahat kepadanya, sepanjangumurnya (Amsat 31:12).

Ketiga, TANGGUNG JAWAB MEREKA TERHADAP ANAK-ANAK.
Para ibu, ketika kita telah melahirkan anak-anak bagi suami kita, janganlahkita terlalu cepat berpuas diri, karena ada tanggung jawab besar dan mulia yang se­dang menanti kita. Sebab, Allah mau, su­paya setiap perempuan (ibu) mengasuh dan merawati anak-anaknya -yang telah lahir dari rahim mereka-, di dalam kasih sayang yang besar (1 Tesalonika 2:7-. Membagikan Injil Allah kepada anak-anak mereka, membuka mulutnya dengan hik­mat, pengajaran yang lemah lembut ada dilidahnya (Amsal 31:26). Dan, bukan sa­ja rela membagi Injil Allah dengan anak­-anaknya, tetapi juga hidup mereka sendiri dengan penuh kasih (ay. .

Dan, sebagai seorang perempuan, se­patutnya para perempuan juga mendidik anak-anak perempuan mereka, supaya mereka boleh menjadi seorang isteri dan ibu yang berkenan di hadapan Allah, sua­mi dan anak-anaknya. Bukan hanya mela­lui perkataan saja, tetapi juga melalui teladan kehidupan sebagai seorang isteri dan ibu dalam rumah tangga mereka sen­diri. Firman Tuhan di dalam Titus 2:3-5menuliskan, "Demikian juga perempuan­ - perempuan yang tua, hendaklah mereka ... cakap mengajarkan hat-hal yang baik dan dengan demikianmendidik perempu­an-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang."

EG.White, Rumah Tangga Advent, p.87
 “Kalau perlu, seorang wanita mudaboleh juga tidak mengetahui Bahasa Perancis dan ilmu Aljabar, atau bermainpiano; tetapi dia harus tahu bagaimana caranya membuat roti yang lezat,menjahitpakaian,dan mengerjakansebaik-baiknya tugas kewajiban yang berhubungan denganpembangunan rumah tangga yang beraneka ragam itu” 


EG.White, Rumah Tangga Advent, p.229,230
“Allah memberi tugas itu kepada seorang ibu untukmembesarkan anak – anaknya dalam pengajaran yang sopan dan nasehat Tuhan.” “Ditengah-tengah segala kesibukan hidup, tugas ibu yang paling suci ialahterhadap anak-anaknya”.
EG.White, Rumah Tangga Advent, p.236
“Ikatan yang paling manis di dunia ialah ikatandiantara ibu dengan anaknya. Anak itu lebih mudah diberi kesan oleh kehidupandan teladan ibu daripada hidup dan teladan Bapa, karena suatu tali persatuanyang lebih kuat dan lebih mesra mengikat mereka”.
EG.White, Rumah Tangga Advent, p.233
“Hai para ibu, kepada tingkatan yang besar nasib anak-anakmu terletak ditanganmu. Kalau kamu gagal dalam kewajiban ini, kamu membuat mereka itu barisanmusuh serta membuat mereka alat-alat setanuntuk membinasakan jiwa – jiwa; tetapioleh teladan yang beribadahserta disiplin yang setia bolehlah kamu memimpin mereka kepada Kristus danmenjadikan mereka alat-alat di dalam tangan-Nya untuk menyelamatkan jiwa –jiwa.”

Keempat,TANGGUNG JAWAB MEREKA SEBAGAIPENOLONG.
Kitab Kejadian pasal 2:18 memberi­tahukan, bahwa sejaksemula Allah telah menetapkan, supaya para perempuan (is­teri) untuk menjadipenolong bagi suami mereka, "... Aku okan menjodikan peno­longbaginya (Adam), yang sepadan de­ngan dia (Adam)." Sementara itu, pada pasal 3:20, ketika Adam memberikan na­ma Hawa kepadaisterinya, ia sedang me­nunjukkan satu kebenaran, bahwa iste­rinya yang akanmenjadi ibu dari semua yang hidup, yaitu keturunan-keturunan yang merekalahirkan.

Kedua 'jabatan' yang dituliskan Atki­tab tentang seorangisteri ini, merupakan pewahyuan ilahi tentang posisi dan tang­gung jawabseorang perempuan di dalam rumah tangga, yaitu sebagai penolongdan ibu. Sebagai'penolong', para perempuan memiliki satu tanggung jawab dari Allah, untukmenopang dan berdoa bagi suami mereka, berjalan dan menggenapkan ren­cana Allahatas kehidupan pribadi suami­nya dan kehidupan rumah tangga mereka berdua.Sementara itu, sebagai 'ibu', pa­ra perempuan memiliki satu tanggung ja­wabilahi, untuk ... rajin mengatur dan memimpin rumah tangganya (Titus 2:5, 1 Timotius 5:14), serta mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, dan makan­an kemalasan tidakdimakannya (Amsal 31:27). Untuk lebihdetailnya, silakan An­da membaca Amsal 31:10-31.

Jika kita -para isteri dan ibu- menger­jakan kedua hal diatas dengan segenap hati, maka Firman Allah tidak akan dihu­jat orang, dantidak akan memberi alasan kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama kita. Tidahhanya itu saja, bahkan suami dan anak-anak kita akan menyebut kita iniberbahagia, pula suami kita akan memuji kita: banyakwanita telah berbu­at baik, tetapi kau mlfebihi mereka se­mua (Amsat 31:28-29).

10 PERINTAHUNTUK PARA ISTRI.

1.           Pelajari dan hayati Arti CINTA yang benar
2.           Matikan impian anda tentang “pernikahan yang sempurna” dan bekerjalah Menuju “Pernikahan yang baik”.
3.           Kenalilah kebutuhan-kebutuhan yang unik dan pribadi dari suami Anda, coba untuk memenuhinya.
4.           Tinggalkan semua ketergantungan pada orangtuamu, tinggalkan semua kritikan terhadap sanak famili suamimu.
5.           Berikan pujian dan pengharapan dan bukan meminta
6.           Tinggalkan rasa ingin menguasai dan cembur
7.           Sambut suami dengan kasih sayang, jangan dengan keluhandan tuntutan “Begitu banyak suami & anak yang tidak menemukan kepuasan dan suasana yang menarik dalam rumah tangga, mereka senantiasa disambut dengan omelan dan persunggutan.” Itulah sebabnya Ruh nubuat melanjutkan “ Berusaha(Suami) mencari penghiburan dan kesenangan jauh dari rumah, di dalam warung atau di tempat-tempat kepelesiran yang terlarang” RTA 244
8.     Tinggalkan semua keinginan untuk mengubah suami anda melalui kritikan atau serangan. “Sang istri sering lupa menggunakan keramahtamahan yang sederhana yang menjadikan rumah tangga itu tempat yangmenyenangkan kepada suami dan anak-anak. RTK244
9.     Patahkan Princess syndrome
10.  Berdoa untuk kesabaran.


M. Torsina, Kawin yang Pintar,131, 133
Apa yang Alkitab harapkan Allah dari seorang ibu yang saleh dalam membahagiakan keluarganya.

BUKU AMSAL 31

1.           Dapat dipercaya 31:11
2.           Berbuat baik kepada suaminya 31:12
3.           Rajin 31:13, 19, 27b
4.           Memiliki daya kreatifitas 31:14
5.           Menghargai waktu 31:15a
6.           Pandai memasak 31:31b
7.           Pandai mengoordinir sesuatu 31:15c
8.           Menanbung untuk hari esok 31:16, 21,25b
9.           Dapat mandiri 31:17,25
10.       Murah hati 31:20
11.       Pandai merawat diri 31:25
12.       Pandai berdagang 31:24
13.       Pandai menjada lidah 21:9
14.       Ibarat polisi yg mengatur RT 31:27
15.       Ia mengutamakan hal-2 Rohani 31:30 (Mat. 6:33)

Pada jemaat di Efesus, Rasul Paulus menegaskan tugas pokok seorang istridalam membahagiakan keluarganya adalah tunduk kepada suami dalam segala hal. “Hai isteri, tunduklah kepada suamimuseperti kepada Tuhan,5 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristusadalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimanajemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segalasesuatu. (Efesus 5:22-24)

Ke-15 hal diatas adalah bentuk dari tunduknya seorang istri kepadasuaminya. Tunduk dalam pengertian melakukan kodratnya sebagai wanita, istrikepada suaminya dan ibu kepada anak-anaknya.

Sikap itulah,yang menarikpujian bagi dirinya.Mulai dari suami dan anak-anaknya: “Anak-anaknya bangun,dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia (Amsal 31:2. “Suaminya dikenal dipintu gerbang kalau iaduduk bersama-sama para tua-tua negeri (Amsal 31:23)

Memeng tidak dapatdibantah bahwa ketenangan keluarga yang diciptakan oleh seorang ibu yang salehmenuntun sang suami ke ambang ke berhasilan, sehingga terkenal dimana-mana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.