Oleh: Pdt. Stenly Karwur
Saudaraku, saya bergumul bertahun-tahun untuk memerangi sifat farisi yang satu ini. Alhasil adalah saya
kecewa, karena hampir tidak mampu keluar dari jebakan pikiran Farisi tersebut. Walau demikian saya telah memahami alasan mengapa saya selalu kecewa. Ya! sayaselalu ingin orang lain menerima balas namun Tuhan telah berjanji bahwa hari ini sesungguhnya bukanlah hari pembalasan, tapi hari tahun rahmat Tuhan (Yesaya61:2).
Yesus, Petrus dan Paulus juga sudah pernah menyatakan bahwa ini bukan saatnya penghakiman, melainkan hari penyelamatan (Lukas 4:19). Saat Yesus membaca nubuatan Yesaya tentangDia yang diurapi untuk memberitakan kabar baik kepada orang miskin dan menawarkan kebebasan bagi yang tertawan, memberi penglihatan bagi yang buta dan melepaskan yang tertindas, untuk memberitahukan tahun rahmat Tuhan telahdating, Yesus langsung menutupnya dengan kata-kata: “…Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Namun kita tahu bahwa kutipan ayat tersebut belumlah selesai. Yesus tidak membacabagian “…dan hari pembalasan Allah kita.” Tahukah anda apa alasannya? Bagi saya ini sederhana saja, karena sekarang bukan masa di mana orang harus mendapatkan apa yang patut mereka dapatkan karena ini adalah masa penyelamatan.
Kita menimbun murka sewaktu menghakimi orang lain, karena inilah waktunya dalam sejarah di mana Allah mengabaikan kesalahan mereka untuksementara waktu agar Ia dapat menyelamatkan lebih banyak lagi orang. Saya mungkin tidak menerima hukuman dari dosasaya sekarang, namun waktu untuk menuai hukuman tersebut bukan berarti tidakada, itu akan terjadi kelak pada hari pembalasan yang Tuhan sudah siapkan.
Memang ironis sekali, kebenaran & kejahatan tumbuh berdampingan. Dosa kebohongan saya, ke tidak taatan, dan kejahatan saya yangseringkali tidak masuk akal dan keterlaluan tidak di hukum sebagaimana mestinya, tapi banyak orang di selamatkan bahkan kadangkala itu adalah orang yang saya ingin untuk di ganjar. Menyakitkan sekali, namun saat saya membaca 2Petrus 3:9, saya sadari inilah hati Tuhan yang sesungguhnya. Ia tidak ingin ada yang binasa. Meskipun ini patut terjadi, namun Ia justru tidak melaksanakannya. Ia lebih rela mencambuk dan menghukum anak-Nya sendiri di kayu salib sehingga tidak harus menghukum saya yang berdosa.
Saudaraku , Yunus ingin orang Ninewe musnah. Ia anggap mereka layak mendapatkannya sehingga ia tidak mau memperingatkan mereka. Ia sangat mengenal belas kasihan Tuhan dengan baik: “Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri…sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasihdan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta menyesal karena malapetaka yang hendak di datangkan-Nya.” Yunus 4:2.
Saya sadari bahwa terkadang saya juga menggerutu sama seperti Yunus yang menggerutu tentang pertobatan Ninewe tersebut sampai-sampai ingin mati saja. Namun yang pasti, Tuhan juga pasti akan menumbuhkan pohon jarak kasih karunianya untuk mengikis kefarisian saya tersebut. “Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?.” Walaupun jawaban saya: “Selayaknyalah aku marah…” namun saat ini saya boleh yakin bahwa Allah akan selalu mempunyai pohon jarak-pohon jarak lainyang akan dapat menyingkirkan sifat Farisi saya ini. Saya hanya perlu bersabar dan belajar memahami kasih-Nya. "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?" Yunus 4:10-11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.